Minggu, 04 Maret 2012

SEJARAH IPTEK ISLAM DI MASA KEJAYAAN DAN BUKTI KEMUNDURAN


            Pada zaman Daulah Abbasiyah, di katakan sebagai masa menjamurnya kesastraan dan ilmu pengetahuan serta ilmu-ilmu purbakala yang disalin ke dalam bahasa Arab. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak kejayaan Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam, Tradisi keilmuan berkembang pesat.Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuanlah yang mengundang terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada abad ke 8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan kebudayaan Yunani dan Persia.
            Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid, yang menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.
            Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di Konstantinopel. atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Saat itu “kata Lutfi” banyak lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna. Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama ‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan kebanggaan bagi masyarakat Arab. Peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam.
            Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan  muslim yang sangat berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan yang hingga sekarang masih bermanfaat dan masih digunakan.
1.      Al khawarizmi: ia adalah seorang yang menemukan ilmu aljabar di dalam matematika.
2.      ibnu sina ia adalah:  membuat buku tentang kedoteran
3.      jabbir ibnu hayyan: ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia
4.      albiruni: meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang berhubungan dengan lingkungan fisik bumi. Dia di nobatkan sebagai bapak antropologi, idiologi
5.      Abu alzahwari: penemu tehnik patah tulang dan membuat kitab untuk menyembuhkan luka pada saat oprasi
6.      ibnu haitham: dikenal sebagai bapak ilmu mata yan g mengurai bagai mana mata bekerja
7.      Ar razi: orang pertama yang bia menjelaskan tentang penyakit cacar dan juga alergi asma dn deman sebagai daya mekanisme tubuh.
            Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yang dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella. Belum lagi ribuan buku yang berhasil memberikan pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan lainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan Tartar ketika mereka menyerang Islam.
            Pada masa kemunduran iptek di dunia islam, kaum Muslimin tidak lagi mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan, karena dianggap sekular dan produk Barat. Menurut Prof DR. Abdus Salam, seorang ilmuwan Muslim asal Pakistan, kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di Dunia Islam lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor internal umat Islam. Misalnya, terjadinya pemisahan dalam mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah, kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan Muslim dan penguasa setempat untuk menjaga tradisi keilmuan di Dunia Islam, dan sikap mengisolasi diri terhadap perkembangan iptek dunia luar.

            Di zaman dewasa ini perkembangan iptek di Dunia Islam amat memprihatinkan. Berbagai penemuan ilmiah mutakhir seperti nuklir, cloning, dan kosmologi, meskipun tersirat secara simbolik dalam Al-Qur’an, tetapi yang menemukannya adalah orang-orang non-Muslim. Demikian pula penemuan ilmiah di bidang lain. Kaum Muslimin baru menyadari bahwa prinsip-prinsip ilmu tersebut telah diungkapkan dalam Al-Qur’an lima belas abad yang lalu, setelah ilmu tersebut ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan non-Muslim. Suatu fakta menunjukkan bahwa, dewasa ini kaum Muslimin senantiasa tertinggal dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan datang terlambat menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran Al-Qur’an. Suramnya kondisi keilmuan di Dunia Islam diperparah oleh fenomena rendahnya persentase umat Islam yang menuntut ilmu dari SD sampai perguruan tinggi, dan adanya ketidakseimbangan antara ilmuwan Muslim dengan besarnya populasi penduduk Muslim di dunia yang hampir mencapai 1,5 miliar.  Sebagai contoh, Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, saat ini hanya 11% siswa lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara itu, di Korea Selatan terdapat 70% lulusan SMA yang melanjutkan ke PT. Sebagai ilustrasi pula jumlah ilmuwan dan insinyur per satu juta orang di negara-negara non-Muslim seperti Cina 71.297, Jepang 59.611, Jerman 42.557, Amerika Serikat 14.757 dan Korea Selatan 2.426. Sedangkan Indonesia yang merupakan salah satu negeri Islam terbesar hanya sekitar 1.280. Dari jumlah ilmuwan tersebut yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan adalah Indonesia sebesar 3,2%, Korea Selatan 46,5%, AS 22,1%, Jepang 8,1% dan Jerman 5,5%. Data tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim merupakan negara yang memiliki ilmuwan dan insinyur paling sedikit.

            Fenomena kemunduran iptek di Dunia Islam menyebabkan banyak implikasi di berbagai bidang. Misalnya Dunia Islam masih banyak yang masuk dalam daftar adopter country, yaitu negara yang masih dalam taraf menggunakan teknologi yang diadopsi dari bangsa lain. Menurut mantan Menristek Hatta Rajasa beberapa waktu lalu, Indonesia bisa melorot menjadi isolated country, yakni, negara yang terkungkung karena tidak mampu menghasilkan produk dengan teknologi sendiri karena bisanya hanya menjadi pengguna teknologi. Akibatnya terjadilah di Dunia Islam adopsi teknologi impor. Adopsi teknologi impor ini telah menyentuh berbagai bidang kehidupan, seperti transportasi, pangan, kedokteran, komunikasi, bioteknologi, dan lain-lain. Bahkan sistem ekonomi, perbankan, pendidikan, dan pemerintahan pun merupakan sistem yang diadopsi dari negara lain. Akibat dominasi teknologi impor ini, di Dunia Islam muncui umat Islam yang kebarat-baratan. Sayangnya, yang ditiru dari peradaban Barat hanya pada tataran surface saja seperti lifestyle, mode, perilaku, dan lain-lain yang sering bertentangan dengan nilai-nilai moral agama. Adapun peradaban Barat yang baik seperti kesungguhan dalam bekerja, tepat waktu, disiplin, penghargaan terhadap karya orang lain, administrasi dan manajemen yang baik, motivasi belajar, penelitian, dan lain-lain tidak pernah dicontoh. 

            Dampak lain dari kemunduran Dunia Islam di bidang iptek ialah tumbuh suburnya kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, minimnya pendapatan perkapita, dan merajalelanya pengangguran. Di samping itu banyak negara-negara Islam yang terjerat hutang luar negeri. Indonesia  misalnya, sekitar 60% hidup di bawah garis kemiskinan dan 10-20% penduduknya hidup dalam kemiskinan absolut. Sementara itu jumlah pengangguran di Indonesia hampir mencapai 40 juta orang. Negara-negara Islam yang lain, meski tidak separah Indonesia, mereka menghadapi problem yang tidak jauh berbeda, terutama dalam masalah hutang luar negeri.

            Agendanya sekarang, umat Islam harus melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung kembali kemajuan di bidang sains dan teknologi. Karena dalam Al-Qur’an sendiri terdapat 750 ayat-ayat kauniyah atau hampir seperdelapan kandungan Al-Qur’an yang mengingatkan kaum Muslimin agar senantiasa mempelajari alam semesta dan terus berfikir dengan menggunakan penalaran yang sebaik-baiknya. Dalam Al-Qur’an juga terdapat 32 surah yang membahas fenomena alam dan materi. Selain itu kata ‘aql dengan berbagai bentuknya disebutkan sebanyak 49 kali. Demikian pula kata ‘ilmu dalam berbagai bentuknya disebutkan sebanyak 854 kali. Kata ulul albab dan kualifikasinya disebutkan dalam beberapa surah antara lain al-Baqarah: 179,197,269, Ali-Imran: 7,190,191, ar-Ra’ad: 19, Shad: 29, 43, Az-Zumar: 18 &21. Selain itu, Al-Qur’an juga menjelaskan keutamaan dan derajat orang yang berilmu, seperti dalam Qs. Al-Fathir: 28, An-Nisa: 162, dan al-Mujadilah: 11. Jika umat Islam menginginkan dirinya sebagai unggul dalam percaturan global, maka mau tidak mau umat Islam harus mampu mengejar ketertinggalannya di bidang iptek. Di samping itu, umat Islam harus mempunyai kesadaran ruhiyah yang tinggi serta motivasi yang kuat dalam mengkaji Al-Qur’an.

Oleh: Taufiq pnew

Tidak ada komentar: