Pada zaman
Daulah Abbasiyah, di katakan sebagai masa menjamurnya kesastraan dan
ilmu pengetahuan serta ilmu-ilmu purbakala yang disalin
ke dalam bahasa Arab. Lahirlah pada masa itu sekian banyak penyair, pujangga,
ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli filsafat,
thib, ahli bangunan dan sebagainya. Dinasti Abbasiyiah membawa Islam ke puncak
kejayaan Saat itu, dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh kekhalifahan Islam,
Tradisi keilmuan berkembang pesat.Kesadaran akan pentingnya ilmu
pengetahuanlah yang mengundang terciptanya beberapa karya ilmiah seperti
terlihat pada abad ke 8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan
kebudayaan Yunani dan Persia.
Ilmu pengetahuan dipandang sebagai
suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para pembesar
lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan
ilmu pengetahuan. Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu,
menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui
sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid, yang
menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala bidang,
termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.
Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari
peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba
Blue Mosque di Konstantinopel. atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh
khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di
Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di
atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Saat itu “kata Lutfi” banyak lahir tokoh dunia yang
kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak
kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna. Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata
bernama ‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini
membuktikan bahwa Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14,
tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan kebanggaan
bagi masyarakat Arab. Peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan
dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang
menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada
Islam.
Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim yang sangat berpengaruh terhadap ilmu
pengetahuan yang hingga sekarang masih bermanfaat dan masih digunakan.
1. Al khawarizmi: ia adalah seorang yang
menemukan ilmu aljabar di dalam matematika.
2. ibnu sina ia adalah: membuat buku tentang kedoteran
3. jabbir ibnu hayyan: ahli kimia yang di
kenal sebagai bapak kimia
4. albiruni: meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang
berhubungan dengan lingkungan fisik bumi. Dia di nobatkan sebagai bapak antropologi, idiologi
5. Abu alzahwari: penemu tehnik patah tulang
dan membuat kitab untuk menyembuhkan luka pada saat oprasi
6. ibnu haitham: dikenal sebagai bapak ilmu
mata yan g mengurai bagai mana mata bekerja
7. Ar razi: orang pertama yang bia menjelaskan
tentang penyakit cacar dan juga alergi asma dn deman sebagai daya mekanisme
tubuh.
Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan
buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya
sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima
atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku
bangsa Arab-Persia lah yang dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti
Roger Bacon, Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas,
Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella. Belum lagi
ribuan buku yang berhasil memberikan pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya,
jangan heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam.
Perpustakaan al-Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat
besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya,
perpustakaan ini sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku.
Perpustakaan umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul
buku, termasuk 50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi
perpustakaan lainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan
Pasukan Tartar ketika mereka menyerang Islam.
Pada masa kemunduran iptek di dunia islam, kaum Muslimin tidak lagi mempunyai semangat yang tinggi dalam
menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan,
karena dianggap sekular dan produk Barat. Menurut Prof DR. Abdus Salam, seorang
ilmuwan Muslim asal Pakistan, kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di
Dunia Islam lebih banyak disebabkan oleh faktor-faktor internal umat Islam.
Misalnya, terjadinya pemisahan dalam mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan
ayat-ayat Kauniyah, kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan Muslim dan
penguasa setempat untuk menjaga tradisi keilmuan di Dunia Islam, dan sikap
mengisolasi diri terhadap perkembangan iptek dunia luar.
Di zaman dewasa ini perkembangan iptek di Dunia Islam amat memprihatinkan.
Berbagai penemuan ilmiah mutakhir seperti nuklir, cloning, dan kosmologi,
meskipun tersirat secara simbolik dalam Al-Qur’an, tetapi yang menemukannya
adalah orang-orang non-Muslim. Demikian pula penemuan ilmiah di bidang lain.
Kaum Muslimin baru menyadari bahwa prinsip-prinsip ilmu tersebut telah
diungkapkan dalam Al-Qur’an lima belas abad yang lalu, setelah ilmu tersebut
ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan non-Muslim. Suatu fakta menunjukkan bahwa, dewasa ini kaum Muslimin senantiasa
tertinggal dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan datang
terlambat menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran Al-Qur’an. Suramnya kondisi
keilmuan di Dunia Islam diperparah oleh fenomena rendahnya persentase umat
Islam yang menuntut ilmu dari SD sampai perguruan tinggi, dan adanya
ketidakseimbangan antara ilmuwan Muslim dengan besarnya populasi penduduk
Muslim di dunia yang hampir mencapai 1,5 miliar. Sebagai contoh, Indonesia yang mayoritas
penduduknya Muslim, saat ini hanya 11% siswa lulusan SMA yang melanjutkan ke
perguruan tinggi. Sementara itu, di Korea Selatan terdapat 70% lulusan SMA yang
melanjutkan ke PT. Sebagai ilustrasi pula jumlah ilmuwan dan insinyur per satu
juta orang di negara-negara non-Muslim seperti Cina 71.297, Jepang 59.611,
Jerman 42.557, Amerika Serikat 14.757 dan Korea Selatan 2.426. Sedangkan
Indonesia yang merupakan salah satu negeri Islam terbesar hanya sekitar 1.280.
Dari jumlah ilmuwan tersebut yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan
adalah Indonesia sebesar 3,2%, Korea Selatan 46,5%, AS 22,1%, Jepang 8,1% dan
Jerman 5,5%. Data tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia yang mayoritas
berpenduduk Muslim merupakan negara yang memiliki ilmuwan dan insinyur paling
sedikit.
Fenomena kemunduran iptek di Dunia Islam menyebabkan banyak
implikasi di berbagai bidang. Misalnya Dunia Islam masih banyak yang masuk
dalam daftar adopter country, yaitu negara yang masih dalam taraf menggunakan
teknologi yang diadopsi dari bangsa lain. Menurut mantan Menristek Hatta Rajasa
beberapa waktu lalu, Indonesia bisa melorot menjadi isolated country, yakni,
negara yang terkungkung karena tidak mampu menghasilkan produk dengan teknologi
sendiri karena bisanya hanya menjadi pengguna teknologi. Akibatnya terjadilah
di Dunia Islam adopsi teknologi impor. Adopsi teknologi impor ini telah
menyentuh berbagai bidang kehidupan, seperti transportasi, pangan, kedokteran,
komunikasi, bioteknologi, dan lain-lain. Bahkan sistem ekonomi, perbankan, pendidikan, dan pemerintahan pun
merupakan sistem yang diadopsi dari negara lain. Akibat dominasi teknologi
impor ini, di Dunia Islam muncui umat Islam yang kebarat-baratan. Sayangnya,
yang ditiru dari peradaban Barat hanya pada tataran surface saja seperti lifestyle,
mode, perilaku, dan lain-lain yang sering bertentangan dengan nilai-nilai moral
agama. Adapun peradaban Barat yang baik seperti kesungguhan dalam bekerja,
tepat waktu, disiplin, penghargaan terhadap karya orang lain, administrasi dan
manajemen yang baik, motivasi belajar, penelitian, dan lain-lain tidak pernah
dicontoh.
Dampak lain dari kemunduran Dunia Islam di bidang iptek ialah
tumbuh suburnya kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, minimnya pendapatan
perkapita, dan merajalelanya pengangguran. Di samping itu banyak negara-negara
Islam yang terjerat hutang luar negeri. Indonesia misalnya, sekitar 60% hidup di bawah garis
kemiskinan dan 10-20% penduduknya hidup dalam kemiskinan absolut. Sementara itu
jumlah pengangguran di Indonesia hampir mencapai 40 juta orang. Negara-negara
Islam yang lain, meski tidak separah Indonesia, mereka menghadapi problem yang tidak
jauh berbeda, terutama dalam masalah hutang luar negeri.
Agendanya sekarang, umat Islam harus melakukan upaya-upaya yang
dapat mendukung kembali kemajuan di bidang sains dan teknologi. Karena dalam
Al-Qur’an sendiri terdapat 750 ayat-ayat kauniyah atau hampir seperdelapan
kandungan Al-Qur’an yang mengingatkan kaum Muslimin agar senantiasa mempelajari
alam semesta dan terus berfikir dengan menggunakan penalaran yang
sebaik-baiknya. Dalam Al-Qur’an juga terdapat 32 surah yang membahas fenomena
alam dan materi. Selain itu kata ‘aql dengan berbagai bentuknya disebutkan
sebanyak 49 kali. Demikian pula kata ‘ilmu dalam berbagai bentuknya disebutkan
sebanyak 854 kali. Kata ulul albab dan kualifikasinya disebutkan dalam beberapa
surah antara lain al-Baqarah: 179,197,269, Ali-Imran: 7,190,191, ar-Ra’ad: 19,
Shad: 29, 43, Az-Zumar: 18 &21. Selain itu, Al-Qur’an juga menjelaskan
keutamaan dan derajat orang yang berilmu, seperti dalam Qs. Al-Fathir: 28,
An-Nisa: 162, dan al-Mujadilah: 11. Jika umat Islam menginginkan dirinya sebagai unggul dalam
percaturan global, maka mau tidak mau umat Islam harus mampu mengejar
ketertinggalannya di bidang iptek. Di samping itu, umat Islam harus mempunyai
kesadaran ruhiyah yang tinggi serta motivasi yang kuat dalam mengkaji Al-Qur’an.
Oleh: Taufiq pnew